Rabu, 18 Maret 2015

Cinta dan Kehidupan

Hai, Cinta!
Di sini kamu rupanya berada.
Ada apa?
Kenapa kamu bersembunyi di sudut tergelap begitu?
Kemarilah biar kulihat dirimu.
Tidak mengapa, ayolah keluar.
Aku tidak akan menyakitimu.
Ah, lihatlah dirimu.
Penuh luka dan lubang.
Bolehkah aku menjahit luka dan menutup lubang itu?
Tidak, jangan kau kembali bersembunyi di sana.
Kumohon.
Tidak mengapa kalau kau terluka lagi.
Tidak mengapa kalau kau berlubang lagi.
Aku akan selalu menyembuhkanmu.
Aku akan selalu mengisi kembali lubangmu.
Karena akulah kehidupan.
Aku mengaku bahwa terkadang aku merenggutmu dari kebahagiaan kemudian menghempaskanmu ke liang kesedihan.
Namun aku akan selalu memberikan kebahagiaan baru untuk menggantikan kesedihanmu.
Kau tidak ingin yang baru?
Kau menginginkan kebahagiaan lamamu?
Ketahuilah bahwa sudah menjadi tugasku untuk mengujimu, Cinta.
Apabila kau tidak segera menghadapiku dan tetap berkubang di kegelapan sana.
Habislah kau, karena kebahagian baru yang akan kutawarkan pun tak akan menyelamatkanmu.
Kau akan berubah menjadi Benci.
Kau akan mengutukku.
Kau pun segera menjadi milik kegelapan selamanya.
Tidak akan ada lagi nama Cinta.
Kau harus ketahui satu hal lagi.
Serusak apapun dirimu, selama masih menyambutku, maka kau masih Cinta yang sama.
Dengan kebahagiaan-kebahagiaan dan kesedihan-kesedihan yang menyertaimu, kau akan bertambah besar dan kuat.
Dan pada akhirnya, kau akan melewati diriku untuk menyeberang ke kebahagiaan sejati.
Tidakkah kamu mau menuju ke sana?
Kebahagiaan sejati?
Iya, benar begitu.
Sambutlah tanganku dan biarkan aku menyembuhkanmu.
Bila pada saatnya nanti aku akan menyakitimu lagi.
Kumohon biarkan aku menyembuhkanmu kembali.
Jangan takut padaku.
Tapi hadapilah aku selalu.