Selasa, 27 Januari 2015

Serunya Fantasi Vaganza dari Mizan Fantasi







Pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 9 November 2014, bertempat di Istora Senayan telah diselenggarakan Indonesia International Book Fair (IIBF). Salah satu tujuan diselenggarakannya IIBF adalah sebagai tempat berkumpulnya para komunitas, pecinta dan penikmat buku (literasi) untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan kreativitas.

Dan acara ini dimanfaatkan dengan baik oleh divisi Novel Fantasi dari Penerbit Mizan, Noura Books dan Bentang Pustaka yang mengadakan acara Fantasi Vaganza. Diperuntukkan bagi para penggemar novel-novel fantasi yang telah diterbitkan oleh ketiga penerbit tersebut. Acara ini diadakan pada hari terakhir IIBF yaitu tanggal 9 November 2014, terdiri dari Fantasi Quest dan Aptitude Finals yang diikuti oleh beberapa tim.

Tim yang ikut bertanding mewakili fanbase penggemar salah satu atau lebih novel fantasi. Tim tersebut di antara nya: TMIndo (The Mortal Instruments), PNFI (Penggemar Novel Fantasi Indonesia), Divergent ID, Dumblies Army (Harry Potter), Inheritance (Eragon). Setiap tim terdiri dari tiga orang perwakilan.

Fantasi Quest adalah perlombaan antar beberapa fandom untuk mencari lima pos dan menyelesaikan setiap misi di pos-pos tersebut. Pos tersebut terdiri dari Percy Jackson, Bliss, Divergent, Maze Runner dan Supernova 5: Gelombang. Tantangan yang diberikan di setiap pos sama untuk setiap tim, kecuali pos Bliss yang tantangannya berbeda di setiap gigitannya.

Aptitude Finals diadakan setelah para peserta sebelumnya mengikuti Aptitude Test yang berisi 20 pertanyaan pilihan berganda yang harus dijawab oleh kelima tim. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seputar buku-buku yang sudah diterbitkan Mizan Fantasi dan beberapa pertanyaan dari buku fanbase para peserta.  Dari jawaban tersebut dipilih tiga tim yang berhasil menjawab benar terbanyak. Ketiga tim yang lolos mengikuti Aptitude Finals adalah TMIndo, PNFI dan Inheritance.



Intinya Fantasi Vaganza itu seru banget d(>,<)b dan sekarang mau bagi cerita soal keseruan tim TMIndo yang beraksi di Fantasi Quest dan Aptitude Finals ;)

Pertama kami beraksi di Fantasi Quest, misi pertama kami adalah mencari pos Bliss. Susah banget nyari-nya, karena hall utama Istora Senayan padat oleh ratusan pecinta buku. Tapi berkat berkeliling-keliling mencari pos Bliss, kami jadi tahu letak pos-pos lainnya. Sungguh beruntung di pos Bliss yang disuguhi cupcake yang enak banget sama Ty itu, tim kami mendapat lucky bite berhadiah buku Bliss, The Demigod Files dan The Demigod Diaries. Jadi kami diminta untuk memilih satu kue lagi, kami diminta untuk menuliskan nama lengkap Ty agar lolos ke pos berikutnya. Dan jawabannya adalah Thyme :)


Misi kedua adalah pos Maze Runner, kami diminta untuk mencari nama-nama tokoh di buku tersebut. Kemudian menuliskan tiga huruf yang terbentuk dari persilangan nama-nama tersebut, yaitu WCK.


Misi ketiga, di pos Percy Jackson kami diminta untuk memasangkan nama Dewa Yunani dan Romawi. Untung ada Lia dan pengetahuan Percy-nya, kita pun lanjut ke pos berikutnya.


Misi keempat, misi paling SERAM di pos Divergent, you must be BRAVE - begitu kata penjaga pos tersebut. Sebelumnya pun kami berpapasan dengan tim PNFI yang memberi kami semangat untuk menghadapi pos tersebut. Kami diminta untuk memasukkan tangan ke dalam wadah tertutup dan menebak isi di dalam wadah tersebut. Salah satunya dihuni entah belatung, entah ulat, entah cacing gemuk, yang kalau kata Mas Peter untuk makanan burung. Bayangkan!


Misi kelima, pos terakhir dan kami telah ditunggu oleh si Jaga Portibi dari Supernova 5: Gelombang. Tugasnya gampang saja, foto gaya seram ahaha yang susah adalah signal untuk mem-tweet foto tersebut.


Yaayy! Kami berhasil menyelesaikan semua misi dan menjadi yang pertama mengumpulkan semua tanda tangan para penjaga pos, hip hip hooraayyy!! *tebar glitter


 Selama jeda antara Fantasi Quest dan Aptitude Test, kami berubah menjadi Warlock (Ratih), Vampir (Eka) dan Pemburu Bayangan (Lia). Tim TMIndo pun siap mengikuti Aptitude Finals.


 Strategi yang kami gunakan dalam Aptitude Finals sebenarnya mudah saja :) pilih buku yang sudah di-film-kan dan sudah kami bertiga tonton atau baca. Jadi kami bisa yakin dengan jawaban pertanyaan yang diberikan sehubungan dengan buku-buku tersebut. Dan wallaa, kami pun memenangkan Aptitude Finals tersebut.



Oiya, kami mau cerita nih soal transformasi 'Henshin!' kami XDD. Sebelum naik ke panggung utama untuk mengikuti Aptitude Finals, kami berdiri di booth Mizan, pas dibawah banner SPOOK dengan dandanan seperti itu pula. Bagai ngengat yang tertarik pada lampu *halahh, anak-anak kecil disekitar situ melihat kami dengan wajah yang tak ternilai. Malah ada anak lain yang menakuti-nakuti temannya dengan mendorong-dorong temannya tersebut ke arah kami. Dan ada seorang bapak yang sengaja membawa anaknya untuk melihat dandanan tak biasa kami, spontan saja anak itu memeluk ayahnya dengan ketakutan. Ada pula yang meminta foto bareng. Sungguh pengalaman luar biasa yang membawa mimpi buruk bagi anak-anak kecil tersebut *lilith laugh*

 Terima kasih Penerbit Mizan, Noura Books dan Bentang Pustaka yang telah mengadakan Fantasi Vaganza. Acara seru yang tak kan terlupakan, eh, kita boleh ikutan lagi kan? Atau kita di banned karena uda borong hadiah pertama nih hihihi

Sukses untuk Mizan Fantasi >,<)b jangan kapok ya kalau Tim TMIndo datang buat ngerusuh di acara kalian, karena sebenarnya 'Aku Cinta Kamu' begitu kalau kata Abang Magnus Bane ;) Terima kasih banyak atas hadiah yang seabrek ini *dansa cacar iblis bareng William Herondale










Senin, 05 Januari 2015

Romeo Oh Romeo




Diikutkan dalam kontes fanfic The Chronicles of Audy Penerbit Haru




Pada pertemuan pertama Audy dan Regan, Regan menyangka bahwa Audy adalah salah satu ‘korban’ Romeo yang datang untuk meminta pertanggungjawaban. Taukah kalian, mengapa Regan menganggap perempuan yang datang mengetuk pintu rumah 4R kemudian lari hingga lututnya membentur jalan masuk adalah kesalahan Romeo? Jadi inilah asal mula kisah para korban tersebut.

---

Keadaan rumah menjadi sepi saat Rex dan Mas Regan masing-masing pergi ke sekolah dan kantor. Yah, tidak terlalu sepi sih, malah bisa dibilang berisik berkat tingkah Rafa yang memukul-mukulkan sendoknya ke meja makan, sambil mengoceh mam-mam-mmam dan cengar-cengir tanpa ada rasa bersalah telah menumpahkan makanan yang mengotori meja dan lantai.

“Rafa, Mas nyerah deh. Kamu makan yang benar dong, kalau nanti Mas Regan pulang bisa-bisa Mas Romeo yang dimarahin karena kamu makannya enggak dihabisin kayak gitu. Belum lagi kalau Rex pulang dan liat makanan yang kamu buang-buang. Aduh Rafa, bisa gawat nih kelangsungan hidup Mas-mu yang satu ini.” Romeo yang sedari tadi berusaha membujuk Rafa yang masih bayi untuk makan sendiri dan menghabiskan makanannya, kini menggelosor di meja makan melihat kelakuan Rafa yang hanya cengengesan sambil menghambur-hamburkan makanan yang dibuatkan oleh Rex.

Berhubung Romeo tidak perlu pergi ke kampus karena hanya tinggal skripsi saja semester ini, dan hari ini kebetulan tidak ada jadwal bimbingan. Jadi disinilah ia, menghadapi bayi dan langsung melambaikan bendera putih pada kamera. Ketika gebukan sendok Rafa pada meja makan semakin tak beraturan iramanya, dan ketika itu juga Romeo mulai meratapi kemalangannya sambil mengadu pada roh Mama, saat itu pula pintu rumah diketuk beberapa kali.

“Gawat nih Rafa, aduh Mas mesti gimana nih!” Menganggap bahwa ketukan tersebut menandakan kepulangan Regan atau Rex, Romeo seketika itu juga dilanda panik. “Eh, tapi, kalau itu mereka buat apa pakai ketuk pintu segala? Ini pasti bukan Rex atau Mas Regan. Iya Kan, Rafa.” Setelah mencubit pipi tembam Rafa, Romeo pun berjalan santai menuju pintu.

Pintu pun terbuka dan disana berdirilah seorang ibu dengan daster bunga-bunga dan jilbab langsung pakai, “Mas Regan, ya?” Tanya ibu entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama.

“Eh, bukan Bu, saya Romeo adiknya Mas Regan.” Jawab Romeo sambil menebar senyum ala iklan pasta gigi.

“Oh, Mas Romeo yang anak kedua itu ya.” Kata ibu itu sambil manggut-manggut. “Mas-nya sendirian aja toh dirumah? Ini Ibu bawain lauk buat Mas-nya sama adek-adek. Mas-nya kan dirumah laki-laki semua toh, jadi Ibu sengaja masakin buat Mas-nya ini loh.” Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan itu menyodorkan rantang empat susun yang menguarkan bau harum masakan. Dengan senang hati Romeo pun menerima rantang tersebut.

“Terima kasih ya Bu, ini dari baunya aja udah enak banget loh Bu,” Romeo tidak kuasa menahan cengiran bahagianya. Karena tidak terlalu bernafsu dengan sayur bayam yang dimasak Rex untuk mereka semua. Momen menghidu aroma surgawi itu terganggu oleh raungan Rafa dari dalam rumah.

“Owalah itu suara Adeknya toh, kenapa kok nangisnya sampe begitu.” Dan tanpa diundang Ibu itu pun menerjang masuk ke dalam rumah. “Ya ampun Gusti, ini kok Adeknya belepotan gini sih Mas?!” Sontak saja teriakan histeris si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang membuat tangisan Rafael makin menjadi-jadi.

“Mbok ya Adeknya ini disuapin yang bener toh Mas, sampe masuk hidung gini masa nasinya, piye toh Mas’e.” Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis itu masih mengoceh soal anak laki-laki dan ngurus bayi sambil membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Rafa.

Romeo pun akhirnya mengaku bahwa Ia membiarkan Rafa makan sendiri karena toh Rafa sudah bisa memegang sendoknya sendiri. Tapi itu malah membuat si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris makin histeris dan berkata bahwa Rafa masih butuh bantuan untuk makan dan lain sebagainya. Maka Romeo yang seharusnya tidak ada jadwal kuliah, kini terpaksa harus mengikuti mata kuliah Rafael Bayi Yang Belum Bisa Mengurus Dirinya Sendiri.

Romeo sudah lemas mengikuti arahan-arahan dari sang Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris-setelahnya-malah-jadi-galak ketika tiba-tiba kegalakan itu berubah menjadi senyuman tersipu-sipu malu, eh?!

“Eh, ini Mas Regan toh, kok jam segini sudah pulang ya?” Tanya si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris-setelahnya-malah-jadi-galak-lalu-tersipu-sama-Mas-Regan dengan nada super manis. Ternyata Regan pulang untuk melihat keadaan rumah, dan jarum pendek jam di dinding pun tak terasa sudah menunjuk ruang diantara angka dua belas dan satu, dengan jarum panjangnya ke angka enam.

Belum sempat Regan mengeluarkan satu kata pun, dari arah pintu terdengar suara yang menggelegar. “Bu’e! Piye toh! Pintu rumah dibiarin ngablak, air mendidih juga sampe kering di panci!” Salak Bapak-entah-siapa-pokoknya-kumisnya-kayak-Pak-Raden kepada si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris-setelahnya-malah-jadi-galak-lalu-tersipu-sama-Mas-Regan-dan-kembali-histeris.

“Owalah iyo Pak’e! Lali aku! Niatnya tadi cuma sebentar, ampun Gusti terus komporku gimana Pak!” Dengan heboh pasangan entah siapa itu pergi meninggalkan rumah tersebut.

“Romeo..” belum sempat Regan menuntaskan kalimatnya, Romeo langsung memotong.

“Jangan tanya Mas, pokoknya Rafa aman di kamarku, udah tidur. Itu ada lauk di rantang, Mas Regan makan aja, aku mau tidur bareng Rafa.” Dan hari itu pun berlalu dengan segelintir gosip di pasar pada keesokan harinya.

---

Di hari lain, ketika Romeo diharuskan pergi ke kampus untuk bimbingan dan amat sangat tidak mungkin meninggalkan Rafa di rumah tanpa ada yang jaga.

“Duhh Rafa, Mas harus ketemu sama dosen nih, masa iya Mas bawa-bawa kamu bimbingan sih.” Romeo menatap nanar kearah Rafa yang asyik merangkak di lorong loby kampus.

“Loh, Romeo ya?” Sapa seorang cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas.

“Hai!” Hanya satu kata itu yang sanggup Romeo ucapkan ditambah senyum ala iklan pasta giginya.
               
“Turut berduka cita ya,” kata cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati dengan nada sedih.

“Iya, thanks,” jawab Romeo dan kemudian suasana canggung pun mengisi kekosongan di antara mereka.

“Eh, denger-denger kamu sekarang udah ambil skripsi ya?” Romeo hanya menjawab dengan cengiran dan anggukan kepala. Dan disanalah Rafael, berusaha berdiri dengan merambati kaki kiri Romeo sambil mengoceh pap-pap-papp-pap. “Wah, anak siapa ini, lucu banget sih!” Cewek itu berjongkok dan menyapa Rafael, lalu mendongak ke Romeo dan berkata, “anak kamu ya, Romeo?”

“Eh, bukan, ini adikku, Rafael namanya.” Jawab Romeo dengan sedikit salah tingkah.

“Oh, kamu yang jagain adikmu ya, Romeo.” Cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah itu tersenyum dan senyum itu membuat wajahnya menjadi lebih cantik lagi, kemudian dia berdiri sambil menggendong Rafael. “Kamu ada bimbingan ya?” Romeo mengangguk sebagai jawaban atas dua pertanyaan tersebut. “Yaudah, Rafael aku aja yang jagain. Kamu bimbingan dulu aja, aku bawa adik kamu ke kantin ya. Habis bimbingan kamu nyusul kita kesana.”

“Eh, beneran kamu mau jagain Rafa?” tanya Romeo ke cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya itu. “Wah, aku ketolong banget kalau kamu mau jagain Rafa. Terima kasih ya, sampai ketemu nanti di kantin ya.” Tak membuang waktu lagi, Romeo langsung melesat menaiki tangga. Ia ingin secepatnya menyelesaikan bimbingan ini, supaya bisa lebih cepat menjemput Rafa di kantin.

Nah, selesai sudah. Bimbingannya telah berjalan dengan lancar, skripsinya tidak ada masalah, bahkan Romeo sudah bisa membuat bab akhir dari skripsi tersebut. Dengan ringan Romeo melangkah menuju kantin, disanalah mereka, Rafael dengan cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya-mempertegas-kebaikan-hatinya.

“Hai, aku dah selesai nih, makasih ya udah jagain Rafa,” Romeo sungguh-sungguh berterima kasih padanya, tapi wajah cewek itu terlihat tidak terlalu bahagia. “Eh, ada apa?”

“Romeo, kamu enggak pakein pampers ya ke Rafael?” tanya cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya-mempertegas-kebaikan-hatinya-tolong-jangan-sedih-gitu dengan wajah hampir menangis. “Tadi pas aku gendong kesini, Rafael ngompol. Padahal aku ada kelas siang sampai sore nanti, aku enggak mungkin balik ke kost karena kostku jauh.”

“Eh, maaf ya,” Romeo menatap pasrah ke arah Rafa yang duduk nyaman di pangkuan cewek itu, bukannya berterimakasih, Ia malah mengompol. “Kamu kerumahku aja, nanti aku pinjemin baju buat kamu ganti, rumahku deket kok.”

Dan begitulah, dengan sedikit kalimat ‘tidak enak’ disana dan ‘ngerepotin’ disini, cewek itu akhirnya mau juga pergi untuk mengganti pakaian bersama Romeo dan Rafael.

“Ahaha baju sama celananya kedodoran nih Romeo, tapi gak papa masih bisa aku akalin biar keliatan gaya.” Tepat ketika si cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya-mempertegas-kebaikan-hatinya-tolong-jangan-sedih-gitu-wow-kamu-pake-bajuku keluar dari kamar Romeo dan berkata seperti itu. Pada saat itulah Regan; yang pulang untuk mengecek keadaan rumah pada jam istirahat kantornya, muncul dari arah ruang tamu. Regan pun melihat bolak-balik antara Romeo yang duduk sambil memangku Rafael di  bangku makan dengan cewek-tak-dikenal-yang-baru-saja-keluar-dari-kamar-adikku-dengan-mengenakan-baju-si-adik.

“Eh, yaudah aku ke kampus dulu ya, buru-buru nih. Bye Romeo, bye Rafa. Saya permisi ya, Mas.” Dan cewek entah siapa itu pun pergi mengejar kelas yang akan diikutinya.

“Romeo..” belum sempat Regan menuntaskan kalimatnya, Romeo langsung memotong.

“Jangan tanya Mas, aku sama Rafa capek banget hari ini, semalem juga aku begadang bikin skripsi. Aku sama Rafa mau tidur siang dulu ya, Mas.” Dan hari itu pun berlalu dengan segelintir gosip di kampus pada keesokan harinya.


* * *