Pada suatu masa, ada seekor kera mungil yang tak dianggap
oleh kelompoknya. Setiap kali kelompok mereka menemukan makanan, si kera mungil
selalu didorong kebelakang sehingga hanya mendapat sisa-sisa. Sering kali ia
tak mendapat jatah makan dan selama beberapa hari ia akan kelaparan.
Pernah sekali ia memaksa maju ke depan agar mendapat
makanan, alhasil ia berakhir dengan penuh luka. Karena ukuran tubuhnya yang
mungil, dengan mudah ia dilempar kembali ke belakang oleh kera lainnya.
Suatu hari, saat ia menunggu dengan sabar di belakang
kelompoknya yang sedang makan besar. Kera mungil melihat banyak biji buah yang
dibuang oleh kera-kera lain. Seketika ia berpikir, ‘kalau aku tanam biji-bijian
ini, maka aku akan punya makananku sendiri. Aku pun tak harus berebut makanan
atau menunggu sisa-sisa lagi.’
Biji-bijian itu pun dibawa pergi oleh kera mungil ke suatu
tempat yang tidak diketahui oleh kelompoknya. Ditanam dan dirawatnya hingga
menjadi pohon kecil. Ia sudah membayangkan masa-masa di mana ia tidak akan lagi
kelaparan.
Berbulan-bulan kemudian, pohon-pohon kecil sudah menjadi
agak besar dan berbuah. Kera mungil senang bukan kepalang. Tak sia-sia ia
bersabar selama ini, disayang dan dipuji-puji olehnya buah-buahan tersebut. Agar
lebih manis dan ranum pikirnya kalau diberi pujian dan kasih sayang.
Hari itu, ia pergi ke kelompoknya dengan hati gembira. Tak seekor
kera pun yang curiga padanya. Karena ia hanyalah kera mungil yang tak dianggap,
tak ada kera lain yang peduli padanya. Di kelompok itu, ada seekor kera kecil
baru. Tiba-tiba ia ada, entah dari mana.
Seharian itu, kera mungil memperhatikan si kera kecil. Kera kecil
itu diperlakukan persis seperti dirinya. Tak butuh waktu lama bagi kera mungil
untuk merasa dekat dengan si kera kecil, mereka pun berteman. Kera mungil
mengajarkan berbagai trik kepada kera kecil. Bagaimana agar tidak terlalu lapar,
bagaimana agar tidak terluka dalam kelompok, dan bagaimana cara bersikap kepada
kera lainnya agar tidak disakiti.
Kera mungil juga mengajak kera kecil ke kebun rahasianya. Tempat
itu kini sudah menjadi surga kecil, penuh buah melimpah. Siap dipetik untuk
memanjakan perut yang lapar. Malam itu mereka tidur dengan—perasaan paling
nyaman di dunia—perut kenyang.
Keesokan harinya, kera mungil dan kera kecil kembali ke
kelompoknya. Di sana, kera lainnya sedang membahas rute selanjutnya untuk mencari
makanan. Mereka bertengkar soal pergi ke arah utara, selatan, barat, timur.
Kera kecil maju ke depan, layaknya pemimpin besar. Ia berkata
kalau ia tahu tempat makanan berlimpah. Untuk itu, semua kera harus
mendengarkan dan menurutinya.
“Tidak mungkin!”, kata kera mungil.
Benar saja, kera kecil memimpin kera lainnya ke kebun
rahasia kera mungil. Di sana semua buah hasil jerih payah kera mungil dijarah
habis. Kera kecil berlaku seolah penyelenggara dan penyedia pesta, saat itu ia
tampak sama besarnya dengan kera lainnya.
Kera mungil menangis meratap di sudut kebunnya, “bagaimana
ini? Bagaimana ini?” Bisiknya terus-menerus.
Kera kecil yang melihat kawan mungilnya berkata pada kera
lainnya, “kera itu sudah menyembunyikan makanan dari kalian. Kera itu jahat!”
Kera lainnya terpengaruh oleh kata-kata kera kecil. Mereka mengamuk
dan marah pada kera mungil. Beramai-ramai kera mungil diserang dan kemudian
mati di kebun yang ia rawat dan jaga.