Harga : Rp89,900
Penulis : Alexandra
Bracken
Penerbit : Fantasious
Code : 978-602-0900-05-6
Halaman : 592
Ukuran : 135 x
200 mm
Berat : 500
gram
Bahasa : Indonesia
Sinopsis :
Ketika Ruby bangun pada ulang
tahunnya yang kesepuluh, sesuatu tentang dirinya telah berubah. Sesuatu yang
cukup mengkhawatirkan untuk membuat orangtuanya mengunci dirinya di garasi dan
menelepon polisi. Sesuatu yang membuat dirinya dikirim ke Thurmond, kamp
rehabilitasi milik pemerintah yang kejam. Dia mungkin telah selamat dari
penyakit misterius yang membunuh sebagian besar anak-anak Amerika, tapi dia dan
anak-anak lainnya harus berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih buruk:
kemampuan menakutkan yang tidak dapat mereka kendalikan. Sekarang, saat berumur
enam belas, Ruby termasuk salah satu orang yang memiliki kemampuan paling
berbahaya.
Ketika kebenaran terungkap, Ruby
susah payah meloloskan diri dari Thurmond. Sekarang dia dalam pelarian, putus
asa mencoba menemukan satu tempat yang aman untuk anak-anak yang tersisa seperti
dirinya—East River. Dia bergabung dengan sekelompok anak yang lolos dari kamp
mereka sendiri. Liam, pemimpin mereka yang berani, sangat menyukai Ruby.Tapi
tak peduli betapa dia menginginkan cowok itu, Ruby tidak bisa mengambil risiko
berdekatan dengannya. Tidak setelah apa yang terjadi pada orangtuanya.
Ketika mereka tiba di East River,
tempat itu tidak seperti apa yang dibayangkan, yang paling misterius adalah
pemimpinnya. Tapi ada kekuatan lain yang bekerja, orang-orang yang tidak akan
berhenti untuk menggunakan Ruby, dalam perjuangan mereka melawan pemerintah.
Ruby akan dihadapkan dengan pilihan yang buruk, yang mungkin berarti
menyerahkan satu-satunya kesempatan dia untuk sebuah kehidupan yang layak.
– *O* –
Semacam virus mematikan–tapi tentu saja itu bukan virus, ah, entah apapun itu menyebar diantara anak-anak usia delapan hingga lima belas tahun. Kematian mendadak
terjadi pada anak-anak tersebut di seluruh Amerika. Mereka yang bertahan dan
hidup dimasukkan ke kamp-kamp rehabilitasi yang lebih seperti penjara. Mereka
dikelompokkan menjadi lima warna: hijau, biru, kuning, oranye dan merah. Warna
hijau dan biru dibiarkan berkeliaran dengan bebas di dalam pusat rehabilitasi. Sedangkan
tangan dan kaki anak-anak yang diberi warna merah, kuning dan oranye dirantai,
dengan tambahan berangus untuk oranye (kalau mau yang keren coba bayangin masker si Bane di Batman The Dark Knight Rises, tapi bukan, yah, itu selongsong penutup yang dipakai untuk menutup moncong anjing)..
Ruby baru berusia
sepuluh tahun lebih sehari, saat ia datang ke kamp rehabilitasi bernama
Thurmond. Bayangkan teror yang dihadapi oleh anak sekecil itu, mulai dari
kematian mendadak teman sekelas Ruby yang terjadi tepat di depan matanya saat
makan siang. Ulang tahunnya yang tak pernah dirayakan, bahkan ia malah dikirim
ketempat asing menakutkan hanya dengan piyama batman. Selama enam tahun, Ruby
hidup dalam ketakutan akan dirinya sendiri dan hak asasinya sebagai seorang
anak terpenjara bersama fisiknya di Thurmond. Jiwanya mati secara perlahan,
hingga suatu hari ia akhirnya diberikan pilihan. Tetap di Thurmond dan
mati, atau pergi dengan risiko mati.
Oke cukup sampai disana :)
nanti malah dituduh spoiler kan gawat hehe. So, kita bahas karakter-karakter
inti di buku ini saja ya.
Ruby, seperti yang sudah
dijelaskan di atas, semuda itu sudah mendapat trauma mental dengan bertubi-tubi
namun dia tetap bertahan. Harus diakui, instingnya untuk bertahan hiduplah yang
menuntun pembaca ke kisah-kisah selanjutnya dalam buku ini. Ruby semakin
berkembang dari bab ke bab, di akhir cerita Ruby mengambil keputusan untuk
berkorban demi orang-orang yang dia sayangi. Jujur, bagian yang paling saya
sukai adalah bab terakhir, saat dimana Ruby menjadi heroine sesungguhnya,
sampai nangis saking terenyuhnya.
Liam, bayangin aja cowo
pirang bermata biru dengan bahu bidang dan senyum yang bikin lumer, duhh kombinasi
melumpuhkan ditambah dengan sapaan ‘hi, darlin’-nya. Liam orang yang gampang
bergaul dan mudah percaya karena menurut Chubs, Liam adalah orang yang selalu
mencari sisi positif dari setiap orang. Dalam kelompoknya, Liam adalah pemimpin,
kakak besar, motivator, pelindung dan orang yang paling dikhawatirkan karena
sering menerjang bahaya sendirian hanya agar anggotanya aman. Bisa dibilang
kalau Liam benar-benar tokoh fantasi dengan ciri dan sifat-sifat sempurna:
ganteng, tinggi, tegap, ramah, baik hati, pengertian, penuh kasih sayang,
ceria, peduli dengan keselamatan dan perasaan orang lain.
Zu, berusia sebelas
tahun dan tidak mau berbicara dengan siapapun. Tidak diceritakan kenapa Zu
tidak mau membuka suaranya, hanya perkiraan bahwa itu kemungkinan akibat trauma
yang dialami oleh Zu. Zu adalah anak perempuan manis keturunan Jepang dengan
potongan rambut pendek seperti anak lelaki, menyukai benda-benda imut dan
cantik berwarna pink. Awalnya Zu tidak mau memiliki benda-benda manis tersebut,
menurut Ruby itu karena Zu merasa tidak pantas mengenakannya. Entah kejadian
mengerikan macam apa yang pernah terjadi pada Zu.
Chubs, tidak ia tidak
gemuk, ini hanya panggilan yang diberikan Liam untuknya, tapi menurut Liam
sebutannya itu ia berikan karena Chubs terlihat lebih gemuk di antara anak-anak
lain di kamp rehabilitasi. Kebalikan dari Liam, Chubs adalah tokoh realis yang
sinis dan penuh curiga, dia menutup diri terhadap orang-orang baru. Bahkan Chubs
membenci Ruby pada awal pertemuan mereka hingga Ruby dapat membuktikan diri
bahwa ia tidak akan mencelakakan kelompok kecil mereka. Tentu saja sikap
defensifnya ini diperlukan untuk mengimbangi sikap terbuka Liam. Chubs setia
pada orang-orang yang dia percaya dan sayangi. Tanpa sikap permusuhan dari
Chubs buku ini akan kurang berbumbu ahaha love this unfriendly kid *ditusuk
jarum sama Chubs.
Secara keseluruhan ceritanya
mudah untuk diikuti, apalagi sebentar lagi buku ini akan dijadikan film layar
lebar. Tapi jujur saja, terasa agak membosankan di seperempat awal hingga
pertengahan buku, membosankan yang bikin penasaran. Alurnya lambat tapi habis
dibaca dalam waktu dua malam ahahaha apa sih. Entah kenapa jadi terbayang film
How I Live Now yang dibintangi oleh Saoirse Ronan, mungkin karena insting
bertahan hidup Daisy dan keinginannya untuk melindungi sepupu-sepupunya itu ya?
Nah saat bertemu Gray yang terbayang malahan Sang Kelam dari buku Shadow and
Bone, sebentar untuk para penggemar The Darkling ;) maksudnya adalah cara Gray
mendekati Ruby, hampir sama dengan cara Darkling mendekati Alina. Penuh pesona
dan kekaguman, yah begitulah, judulnya saja pikiran terkelam ya, jadi pastinya
ada kegelapan yang mengintip disana ahahaha apa hayooo.
Pokoknya bagian terbaik
adalah epilog yang membuat kita berharap di buku keduanya, beberapa detail yang
terlewat di buku pertama akan dijelaskan disana. Seperti, apakah penyakit mematikan itu hanya terjadi pada anak-anak di Amerika saja atau terjadi juga di seluruh dunia, ada tembok pemisah di perbatasan untuk menghalangi mereka yang masuk dan yang akan keluar. Membuat kita menebak-nebak apa yang
kemudian terjadi pada Ruby, Liam, Zu dan Chubs yang katakan saja, terpisah satu
sama lain. Okay, rating untuk buku ini tiga dari lima bintang, karena masih
berharap buku keduanya lebih seru dan menarik dari buku pertamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar