Diikutkan dalam kontes fanfic The
Chronicles of Audy Penerbit Haru
Pada pertemuan pertama Audy dan
Regan, Regan menyangka bahwa Audy adalah salah satu ‘korban’ Romeo yang datang
untuk meminta pertanggungjawaban. Taukah kalian, mengapa Regan menganggap
perempuan yang datang mengetuk pintu rumah 4R kemudian lari hingga lututnya membentur
jalan masuk adalah kesalahan Romeo? Jadi inilah asal mula kisah para korban
tersebut.
---
Keadaan rumah menjadi sepi saat
Rex dan Mas Regan masing-masing pergi ke sekolah dan kantor. Yah, tidak terlalu
sepi sih, malah bisa dibilang berisik berkat tingkah Rafa yang memukul-mukulkan
sendoknya ke meja makan, sambil mengoceh mam-mam-mmam dan cengar-cengir tanpa
ada rasa bersalah telah menumpahkan makanan yang mengotori meja dan lantai.
“Rafa, Mas nyerah deh. Kamu makan
yang benar dong, kalau nanti Mas Regan pulang bisa-bisa Mas Romeo yang
dimarahin karena kamu makannya enggak dihabisin kayak gitu. Belum lagi kalau
Rex pulang dan liat makanan yang kamu buang-buang. Aduh Rafa, bisa gawat nih
kelangsungan hidup Mas-mu yang satu ini.” Romeo yang sedari tadi berusaha
membujuk Rafa yang masih bayi untuk makan sendiri dan menghabiskan makanannya, kini
menggelosor di meja makan melihat kelakuan Rafa yang hanya cengengesan sambil
menghambur-hamburkan makanan yang dibuatkan oleh Rex.
Berhubung Romeo tidak perlu pergi ke kampus karena hanya tinggal skripsi saja
semester ini, dan hari ini kebetulan tidak ada jadwal bimbingan. Jadi disinilah
ia, menghadapi bayi dan langsung melambaikan bendera putih pada kamera. Ketika gebukan
sendok Rafa pada meja makan semakin tak beraturan iramanya, dan ketika itu juga
Romeo mulai meratapi kemalangannya sambil mengadu pada roh Mama, saat itu pula
pintu rumah diketuk beberapa kali.
“Gawat nih Rafa, aduh Mas mesti
gimana nih!” Menganggap bahwa ketukan tersebut menandakan kepulangan Regan atau
Rex, Romeo seketika itu juga dilanda panik. “Eh, tapi, kalau itu mereka buat
apa pakai ketuk pintu segala? Ini pasti bukan Rex atau Mas Regan. Iya Kan,
Rafa.” Setelah mencubit pipi tembam Rafa, Romeo pun berjalan santai menuju
pintu.
Pintu pun terbuka dan disana
berdirilah seorang ibu dengan daster bunga-bunga dan jilbab langsung pakai, “Mas
Regan, ya?” Tanya ibu entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama.
“Eh, bukan Bu, saya Romeo adiknya
Mas Regan.” Jawab Romeo sambil menebar senyum ala iklan pasta gigi.
“Oh, Mas Romeo yang anak kedua
itu ya.” Kata ibu itu sambil manggut-manggut. “Mas-nya sendirian aja toh
dirumah? Ini Ibu bawain lauk buat Mas-nya sama adek-adek. Mas-nya kan dirumah
laki-laki semua toh, jadi Ibu sengaja masakin buat Mas-nya ini loh.” Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan
itu menyodorkan rantang empat susun yang menguarkan bau harum masakan. Dengan senang
hati Romeo pun menerima rantang tersebut.
“Terima kasih ya Bu, ini dari
baunya aja udah enak banget loh Bu,” Romeo tidak kuasa menahan cengiran
bahagianya. Karena tidak terlalu bernafsu dengan sayur bayam yang dimasak Rex
untuk mereka semua. Momen menghidu aroma surgawi itu terganggu oleh raungan
Rafa dari dalam rumah.
“Owalah itu suara Adeknya toh,
kenapa kok nangisnya sampe begitu.” Dan tanpa diundang Ibu itu pun menerjang masuk ke dalam rumah. “Ya ampun Gusti, ini kok Adeknya belepotan gini
sih Mas?!” Sontak saja teriakan histeris si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang
membuat tangisan Rafael makin menjadi-jadi.
“Mbok ya Adeknya ini disuapin
yang bener toh Mas, sampe masuk hidung gini masa nasinya, piye toh Mas’e.” Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis
itu masih mengoceh soal anak laki-laki dan ngurus bayi sambil membersihkan
kekacauan yang dibuat oleh Rafa.
Romeo pun akhirnya mengaku bahwa
Ia membiarkan Rafa makan sendiri karena toh Rafa sudah bisa memegang sendoknya
sendiri. Tapi itu malah membuat si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris makin histeris dan berkata bahwa Rafa masih butuh bantuan untuk makan dan lain
sebagainya. Maka Romeo yang seharusnya tidak ada jadwal kuliah, kini terpaksa
harus mengikuti mata kuliah Rafael Bayi Yang Belum Bisa Mengurus Dirinya
Sendiri.
Romeo sudah lemas mengikuti
arahan-arahan dari sang Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris-setelahnya-malah-jadi-galak
ketika tiba-tiba kegalakan itu berubah menjadi senyuman tersipu-sipu malu, eh?!
“Eh, ini Mas Regan toh, kok jam
segini sudah pulang ya?” Tanya si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris-setelahnya-malah-jadi-galak-lalu-tersipu-sama-Mas-Regan dengan nada super manis. Ternyata Regan pulang untuk melihat
keadaan rumah, dan jarum pendek jam di dinding pun tak terasa sudah menunjuk ruang
diantara angka dua belas dan satu, dengan jarum panjangnya ke angka enam.
Belum sempat Regan mengeluarkan
satu kata pun, dari arah pintu terdengar suara yang menggelegar. “Bu’e! Piye
toh! Pintu rumah dibiarin ngablak, air mendidih juga sampe kering di panci!”
Salak Bapak-entah-siapa-pokoknya-kumisnya-kayak-Pak-Raden kepada si Ibu-entah-siapa-namanya-tapi-pernah-lihat-dia-ngobrol-sama-Mama-dan-ternyata-baik-banget-bawain-makanan-terus-main-nyelonong-kerumah-orang-dan-bikin-Rafa-nangis-karena-histeris-setelahnya-malah-jadi-galak-lalu-tersipu-sama-Mas-Regan-dan-kembali-histeris.
“Owalah iyo Pak’e! Lali aku!
Niatnya tadi cuma sebentar, ampun Gusti terus komporku gimana Pak!” Dengan
heboh pasangan entah siapa itu pergi meninggalkan rumah tersebut.
“Romeo..” belum sempat Regan
menuntaskan kalimatnya, Romeo langsung memotong.
“Jangan tanya Mas, pokoknya Rafa
aman di kamarku, udah tidur. Itu ada lauk di rantang, Mas Regan makan aja, aku
mau tidur bareng Rafa.” Dan hari itu pun berlalu dengan segelintir gosip di
pasar pada keesokan harinya.
---
Di hari lain, ketika Romeo
diharuskan pergi ke kampus untuk bimbingan dan amat sangat tidak mungkin
meninggalkan Rafa di rumah tanpa ada yang jaga.
“Duhh Rafa, Mas harus ketemu sama
dosen nih, masa iya Mas bawa-bawa kamu bimbingan sih.” Romeo menatap nanar kearah
Rafa yang asyik merangkak di lorong loby kampus.
“Loh, Romeo ya?” Sapa seorang
cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas.
“Hai!” Hanya satu kata itu yang
sanggup Romeo ucapkan ditambah senyum ala iklan pasta giginya.
“Turut berduka cita ya,” kata cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati dengan nada sedih.
“Iya, thanks,” jawab Romeo dan
kemudian suasana canggung pun mengisi kekosongan di antara mereka.
“Eh, denger-denger kamu sekarang
udah ambil skripsi ya?” Romeo hanya menjawab dengan cengiran dan anggukan
kepala. Dan disanalah Rafael, berusaha berdiri dengan merambati kaki kiri Romeo
sambil mengoceh pap-pap-papp-pap. “Wah, anak siapa ini, lucu banget sih!” Cewek itu berjongkok dan menyapa Rafael, lalu mendongak ke Romeo dan berkata, “anak
kamu ya, Romeo?”
“Eh, bukan, ini adikku, Rafael
namanya.” Jawab Romeo dengan sedikit salah tingkah.
“Oh, kamu yang jagain adikmu ya,
Romeo.” Cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah itu tersenyum dan senyum
itu membuat wajahnya menjadi lebih cantik lagi, kemudian dia berdiri sambil
menggendong Rafael. “Kamu ada bimbingan ya?” Romeo mengangguk sebagai jawaban
atas dua pertanyaan tersebut. “Yaudah, Rafael aku aja yang jagain. Kamu
bimbingan dulu aja, aku bawa adik kamu ke kantin ya. Habis bimbingan kamu
nyusul kita kesana.”
“Eh, beneran kamu mau jagain
Rafa?” tanya Romeo ke cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya
itu. “Wah, aku ketolong banget kalau kamu mau jagain Rafa. Terima kasih ya, sampai
ketemu nanti di kantin ya.” Tak membuang waktu lagi, Romeo langsung melesat
menaiki tangga. Ia ingin secepatnya menyelesaikan bimbingan ini, supaya bisa
lebih cepat menjemput Rafa di kantin.
Nah, selesai sudah. Bimbingannya
telah berjalan dengan lancar, skripsinya tidak ada masalah, bahkan Romeo sudah
bisa membuat bab akhir dari skripsi tersebut. Dengan ringan Romeo melangkah
menuju kantin, disanalah mereka, Rafael dengan cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya-mempertegas-kebaikan-hatinya.
“Hai, aku dah selesai nih,
makasih ya udah jagain Rafa,” Romeo sungguh-sungguh berterima kasih padanya, tapi wajah cewek itu terlihat tidak terlalu bahagia. “Eh, ada apa?”
“Romeo, kamu enggak pakein
pampers ya ke Rafael?” tanya cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya-mempertegas-kebaikan-hatinya-tolong-jangan-sedih-gitu dengan wajah hampir menangis. “Tadi pas aku gendong kesini, Rafael ngompol. Padahal aku
ada kelas siang sampai sore nanti, aku enggak mungkin balik ke kost karena
kostku jauh.”
“Eh, maaf ya,” Romeo menatap pasrah
ke arah Rafa yang duduk nyaman di pangkuan cewek itu, bukannya berterimakasih, Ia malah mengompol. “Kamu kerumahku aja, nanti aku pinjemin baju buat kamu ganti, rumahku deket
kok.”
Dan begitulah, dengan sedikit
kalimat ‘tidak enak’ disana dan ‘ngerepotin’ disini, cewek itu akhirnya mau juga pergi untuk mengganti pakaian bersama Romeo dan Rafael.
“Ahaha baju sama celananya
kedodoran nih Romeo, tapi gak papa masih bisa aku akalin biar keliatan gaya.”
Tepat ketika si cewek-yang-entah-siapa-tapi-rasanya-pernah-sekelas-dan-ternyata-berempati-juga-ramah-dengan-senyum-manis-yang-mempercantik-wajahnya-mempertegas-kebaikan-hatinya-tolong-jangan-sedih-gitu-wow-kamu-pake-bajuku keluar dari kamar Romeo dan berkata seperti itu. Pada saat itulah Regan; yang pulang untuk mengecek keadaan rumah pada jam istirahat kantornya, muncul dari arah ruang tamu. Regan pun melihat bolak-balik
antara Romeo yang duduk sambil memangku Rafael di bangku makan dengan cewek-tak-dikenal-yang-baru-saja-keluar-dari-kamar-adikku-dengan-mengenakan-baju-si-adik.
“Eh, yaudah aku ke kampus dulu
ya, buru-buru nih. Bye Romeo, bye Rafa. Saya permisi ya, Mas.” Dan cewek entah siapa itu pun pergi mengejar kelas yang akan diikutinya.
“Romeo..” belum sempat Regan
menuntaskan kalimatnya, Romeo langsung memotong.
“Jangan tanya Mas, aku sama Rafa
capek banget hari ini, semalem juga aku begadang bikin skripsi. Aku sama Rafa mau
tidur siang dulu ya, Mas.” Dan hari itu pun berlalu dengan segelintir gosip di
kampus pada keesokan harinya.
* * *
Hahahaha....
BalasHapusKeren fanficnya!! XDDD
Jadi begitu ceritanya? Kasian kamu, Romeo. *pats Romeo*
Salam kenal btw. *telat*
Selamat ya fanfic nya menang~ XD
tengkyu Ruru :) salam kenal juga ya :D iya tuh si Romeo, korban prasangka dan gosip *peluk Romeo :')
Hapus